Rabu, 13 Agustus 2008

// // Leave a Comment

Fasciola hepatica

Ssst...teman-teman,yang satu ini jangan dikomentari.Karena yang satu ini adalah tugas mata kuliah seorang teman yang namanya Tika,yang konon pengen kenal lebih dekat lagi sama yang namanya Fasciola hepatica.Artikel ini tentu saja hasil copy paste, karena tuh cewe hanya menyuruhku sekedar searching semua hal tentang si cacing ini,tanpa perlu mengutak atik kata-katanya.Katanya,yang penting adalah DATA!.Tapi,jangan khawatir, disini dicantumin juga kok sumber tulisan ini diambil dari mana aja :).So, buat Tika,nih dia tugasnya :D

Fasciola hepatica

Nama Latin : Fasciola hepatica
Phylum : Platyhelminthes
Sub Phylum : -
Ordo : Digenea
Family : Fasciolidae
Genus : -
Species : Fasciola hepatica
Kelas : Trematoda
Nama Daerah : Tidak diketahui.

Pernapasan:

Pada Fasciola hepatica tidak terdapat sistem pernafasan.

Habitat:

Meskipun biasa terdapat diOrient, tidak terdapat di Western Hemisphere. Fasciola hepatica hidup pada hati domba.

Pencernaan:

Pada Trematoda terdapat semacam kantong usus dengan single lubang , dimana menjalani sebagai mulut dan anus. Dalam bentuk simpel usus tidak bercabang tetapi pada yang lain, percabangan terjadi yang dapat menembus ke semua bagian tubuh hal ini membuat sistem sirkulasi tidak diperlukan.

Reproduksi:

Tidak ada keterangan.

Peranan:

Fasciola hepatica hidup pada hati domba.

( Sumber: www.iptek.net.id )


Daur Hidup Beberapa Cacing Kelas Trematoda
( Sumber:www.e-dukasi.net )

Nah, berikut ini akan diuraikan mengenai daur hidup beberapa jenis cacing yang termasuk kelas Termatoda.

Cacing dewasa bertelur di dalam saluran empedu dan kantong empedu sapi atau domba. Kemudian telur keluar ke alam bebas bersama feses domba. Bila mencapai tempat basah, telur ini akan menetas menjadi larva bersilia yang disebut mirasidium. Mirasidium akan mati bila tidak masuk ke dalam tubuh siput air tawar (Lymnea auricularis-rubigranosa).

Di dalam tubuh siput ini, mirasidium tumbuh menjadi sporokista (menetap dalam tubuh siput selama + 2 minggu).

Sporokista akan menjadi larva berikutnya yang disebut Redia. Hal ini berlangsung secara partenogenesis.

Redia akan menuju jaringan tubuh siput dan berkembang menjadi larva berikutnya yang disebut serkaria yang mempunyai ekor. Dengan ekornya serkaria dapat menembus jaringan tubuh siput dan keluar berenang dalam air.

Di luar tubuh siput, larva dapat menempel pada rumput untuk beberapa lama. Serkaria melepaskan ekornya dan menjadi metaserkaria. Metaserkaria membungkus diri berupa kista yang dapat bertahan lama menempel pada rumput atau tumbuhan air sekitarnya. Perhatikan tahap perkembangan larva Fasciola hepatica.

Apabila rumput tersebut termakan oleh domba, maka kista dapat menembus dinding ususnya, kemudian masuk ke dalam hati, saluran empedu dan dewasa di sana untuk beberapa bulan. Cacing dewasa bertelur kembali dan siklus ini terulang lagi.

Dalam daur hidup cacing hati ini mempunyai dua macam tuan rumah yaitu:
1. Inang perantara yaitu siput air
2. Inang menetap,yaitu hewan bertulang belakang pemakan rumput seperti sapi dan domba.

Photobucket
Gambar 1:Anatomi Fasciola hepatica
Sumber gambar: www.e-dukasi.net

Photobucket
Gambar 2: tahap perkembangan larva Fasciola hepatica
Sumber gambar: www.e-dukasi.net

Photobucket
Gambar 3:Daur hidup Fasciola hepatica
Sumber gambar: www.e-dukasi.net


Pengendalian Penyakit pada Domba dan Kambing
Ditulis oleh Administrator
Thursday, 05 October 2006
Sumber: diambil dari sini
Pengendalian Penyakit Cacing Hati (Fasciolosis)
*
Fasciolosis (infeksi cacing hati) merupakan penyakit parasiter penting pada ternak di Indonesia yang disebabkan oleh Fasciola gigantica.


Penyakit ini menimbulkan kerugian ekonomi sebesar Rp513 miliar/ tahun akibat rendahnya pertambahan bobot badan, hati tidak layak dikonsumsi, dan gangguan reproduksi. Penyakit juga dapat menyebabkan kematian pada ternak muda.
*
Penyakit disebabkan oleh siput air tawar (Lymnea rubiginosa) sebagai induk semang antara. Siput ini berkembang biak di lahan sawah irigasi di seluruh wilayah Indonesia.
*
Cacing hati hidup di dalam dan di luar tubuh ternak. Infeksi cacing hati tidak memperlihatkan gejala klinis yang spesifik kecuali kekurusan.
* Pengendalian penyakit dilakukan secara terpadu dengan memperhatikan:
- Sifat biologis cacing hati: telur, larva, dan dewasa.
- Sifat biologis siput: dinamika populasi, habitat, dan sebaran siput.
- Musuh alami cacing: cacing daun, Echinostoma sp., strigeids dan lain-lain.
- Potensi berbagai obat cacing.
* Pola pengendalian penyakit meliputi:
Limbah kandang sebagai pupuk padi harus dikomposkan.

Pengobatan pada sapi yang terserang penyakit Fasciolosis
- Jerami dari sawah dekat kandang sebagai pakan ternak harus dipotong setinggi 1-1,5 jengkal dari tanah (di atas galengan), dipotong-potong dan dijemur.
- Tidak menggembalakan ternak di daerah berair atau pernah diairi.
- Pengobatan pada musim kering/kemarau.


2,5 Juta Manusia Terinfeksi Cacing Hati
Artikel ini diambil dari: www.suaramerdeka.com

Fasiolosis atau cacing hati adalah penyakit yang umumnya dijumpai pada ternak herbivora yang disebabkan oleh ''fasciola hepatica'' atau ''fasciola gigantica''. Spesies tersebut dapat menular ke manusia dan kurang lebih 2,5 juta manusia di dunia terinfeksi oleh fasciolosis tersebut (WHO, 1995).

''Fasciola hepatica berasal dari Eurasia dan menyebar ke Amerika dan Australia, dan fasciola gigantica umumnya terjadi di dareah tropis seperti Afrika dan Asia,'' ujar Prof Dokter Hewan Kurniasih MVSc PhD ketika menyampaikan pidato pengukuhannya sebagai guru besar pada Fakultas Kedokteran Hewan UGM, di depan rapat terbuka Majelis Guru Besar di Balai Senat kampus Bulaksumur, Yogyakarta.

Menurut Prof Kurniasih, berdasarkan sejarah pemerintah Belanda telah mengimpor sapi dari Inggris dan India untuk memperbaiki jenis sapi lokal, kedua spesies fasciola itu mungkin telah terbawa dan menulari sapi lokal. Kurang lebih 80 persen ternak ruminansia terutama kerbau di Indonesia terserang fasciolosis sedangkan prevalensi fasciolosis di Indonesia berkisar antara 60-90 persen.

Kerugian ekonomi yang disebabkan oleh penyakit itu diperkirakan sekitar Rp 153,6 milyar setiap tahunnya. Kerugian ekonomi tersebut berupa kerusakan hati, kekurusan dan penurunan tenaga kerja pada sapi/kerbau yang terinfeksi.

Disebutkan oleh guru besar Fakultas Kedokteran Hewan UGM itu, di Indonesia fasciola hepatica pertama kali dilaporkan oleh Van Velzen (1891) dari kerbau, kemudian Kraneveld (1924) menemukan cacing tersebut pada sapi. Kemudian fasciola hepatica ditemukan juga pada hewan domestik dan hewan liar lainnya.

Dengan demikian disimpulkan bahwa fasciolosis di Indonesia secara umum disebabkan oleh fasciola gigantica yang mempunyai potensi dalam menimbulkan problem ekonomi dan kesehatan ternak. Dan strain variasi dari fasciola gigantica yang sangat besar berdasarkan pemeriksaan morfologi dan molekuler, akan mempengaruhi usaha pencegahan yang akan dilakukan.

Usaha pengembangan kit diagnosa yang cepat dan sensitif dalam mendektesi adanya infeksi fasciola gigantica secara dini diperlukan untuk tindakan pencegahan.

''Tindakan vaksinasi baik berupa pemberian antigen proteksi silang, antigen homolog, antigen esensial atau ''recombinant DNA'' terhadap fasciola gigantica diperlukan di Indonesia untuk mengurangi penyebaran fasciolosis,'' tambahnya.


Lingkungan dan Pola Hidup Cacing
Artikel diambil dari : www.infovet.blogspot.com
Siklus hidup cacing adalah cacing ditularkan pada waktu ternak memakan rumput atau meminum air yang terkontaminasi atau tercemar oleh ternak lain dengan telur cacing. Bisa juga cacing disebarkan dari induk ke anaknya. Cacing hidup di usus ternak dan memproduksi banyak telur. Masalah ini biasa terjadi pada musim hujan.

Cacing memang memerlukan kondisi lingkungan yang basah, artinya cacing tersebut bisa tumbuh dan berkembang biak dengan baik bila tempat hidupnya berada pada kondisi yang basah atau lembab.

Pada kondisi lingkungan yang basah atau lembab, perlu juga diwaspadai kehadiran siput air tawar yang menjadi inang perantara cacing sebelum masuk ke tubuh ternak. Lalu peternak yang bagaimana yang perlu mendapat perhatian lebih terkait jenis entoparasit dari golongan cacing ini?

Adalah Drh Rondang Nayati MM Kepala Sub Dinas Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Provinsi Riau menyatakan, ternak ruminansia lebih rentan terpapar cacing bila dibanding dengan jenis ternak lainnya. Ternak dimaksud seperti sapi, kerbau, kambing dan domba.

Namun, untuk jenis ternak lainnya, kasus cacingan tetap bisa dijumpai. “Untuk kasus cacingan pada ternak, fokus kita memang pada ternak ruminansia terutama sapi dan kambing, karena kedua hewan ini sangat rentan dan populasinya di Riau juga cukup tinggi,” jelas alumni Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada ini.

Lebih lanjut dikatakannya, pada peternakan rakyat dengan sistem pemeliharaan yang masih bersifat tradisional yakni dengan membiarkan ternaknya mencari pakan sendiri meskipun pada lingkungan yang disinyalir telah terkontaminasi dengan cacing akan lebih memudahkan ternak terinfestasi cacing ketimbang sapi yang dipelihara dengan sentuhan pemeliharaan modern.

Manifestasi klinik Fasioliasis tergantung dari jumlah metaserkaria yang termakan oleh penderita. Dalam jumlah besar metaserkaria menyebabkan kerusakan hati, obstruksi saluran empedu, kerusakan jaringan hati disertai fibrosis dan anemia. Frekuensi invasi metaserkaria sangat menentukan beratnya Fasioliasis. Kerusakan saluran empedu oleh migrasi metaserkaria menghambat migrasi cacing hati muda selanjutnya.

Sementara itu, sumber di Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Suska Riau menyatakan bahwa rumput sebagai pakan utama ternak ruminansia tetap dianggap sebagai faktor predisposisi infestasi atau adanya parasit dalam tubuh ternak. Hal ini dikaitkan dengan siklus hidup cacing sebelum masuk ke dalam tubuh ternak.

Pada cacing hati misalnya, cacing dewasa hidup di dalam duktus biliferus dalam hati domba, sapi, babi dan kadang-kadang manusia. Dikatakan narasumber dari kalangan dokter hewan itu, bentuk tubuh cacing hati seperti daun dengan ukuran 30 x 2 - 12 mm dengan bentuk luarnya tertutup oleh kutikula yang resisten, merupakan modifikasi dari epidermis dan mulut disokong atau dibatasi.

Kemudian, cacing dewasa bergerak dengan berkontraksinya otot-otot tubuh, memendek, memanjang dan membelok, mirasidium berenang dengan silianya dan serkaria dengan ekornya.

Cacing ini merupakan entoparasit yang melekat pada dinding duktus biliferus atau pada epithelium intestinum atau pada endothelium venae dengan alat penghisapnya. Makanan diperoleh dari jaringan-jaringan, sekresi dan sari-sari makanan dalam intestinum hospes dalam bentuk cair, lendir atau darah.

Di dalam tubuh, makanan dimetabolisir dengan cairan limfe, kemudian sisa-sisa metabolisme tersebut dikeluarkan melalui selenosit. Perbanyakan cacing ini melalui auto-fertilisasi yang berlangsung pada Trematoda bersifat entoparasit, namun ada juga yang secara fertilisasi silang melalui canalis laurer.

“Cacing hati dewasa bertelur di pembuluh empedu domba dan sapi, telur keluar melalui pembuluh empedu dan terekskresi melalui feses, kemudian telur menetas menjadi mirasidium, masuk ke dalam tubuh siput (Lymnaea sp) atau termakan oleh siput,” papar narasumber calon mahasiswa Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor ini.

Lalu, lanjutnya, “Infestasi cacing hati pada sapi terjadi bila kista atau metaserkaria yang keluar dari tubuh keong menempel pada tumbuh-tumbuhan air terutama selada air (Nasturqium officinale), kemudian tumbuhan tersebut dimakan sapi, masuk ke dalam tubuh sapi tersebut dan menjadi cacing dewasa yang akan menyebabkan Fasioliasis.”

Lalu apa yang harus dilakukan peternak? “Peternak harus proaktif menyikapi prilaku dan siklus hidup cacing tersebut,” jelas alumni Fakultas Kedokteran Hewan UGM Yogyakarta ini. Artinya, sebelum rumput diberikan kepada sapi atau ternak lainnya, rumput tersebut perlu diangin-anginkan terlebih dahulu, ini bertujuan agar Metaserkaria cacing tersebut mati.

Menurut Radiopoetro, suhu yang diperlukan mirasidium untuk dapat hidup adalah di atas 5-6 °C dengan suhu optimal 15-24 °C. Mirasidium harus masuk ke dalam tubuh siput dalam waktu 24-30 jam, bila tidak maka akan mati. Kemudian, telur dari jenis Fasciola gigantica menetas dalam waktu 17 hari, berkembang dalam tubuh siput selama 75-175 hari, hal ini tergantung pada suhu lingkungannya.

Terkait pemberantasan cacing ini, Drh Rondang Nayati MM kembali menegaskan bahwa tetap bermula dari kemauan peternak, artinya bila peternak menginginkan ternaknya tumbuh sehat maka peternak harus memperhatikan kaidah-kaidah beternak yang baik sesuai dengan anjuran yang disampaikan oleh petugas lapangan.

”Budaya hidup bersih juga dapat diterapkan seperti membersihkan lingkungan sekitar kandang, menghindari genangan air dengan cara membuat saluran air, membuang atau mengumpulkan kotoran sapi dan kotoran jenis ternak lainnya pada satu tempat, sehingga pada akhirnya, peternak meraup keuntungan bukan saja dari ternak yang dipelihara, namun keuntungan lain juga datang dari limbah ikutan seperti pupuk kandang,” pungkas mantan Kepala Laboratorium type B Dinas Peternakan Provinsi Riau ini.


Mengontrol Cacing pada Ternak

Drh Johan Purnama MSc dan Taufikurrahman Pua Note SPt dari SPFS (Special Programme For Food Security) FAO untuk Asia Indonesia dalam suatu kesempatan menyatakan, “Penggunaan obat anti parasit internal (cacing) dalam pemeliharaan sapi adalah sesuatu yang harus dilakukan oleh peternak, karena infestasi cacing adalah suatu fenomena yang akan terus berulang secara periodik dalam siklus pemeliharaan.”

Menurut sumber SPFS FAO untuk Asia Indonesia, beberapa tehnik sederhana dalam melakukan kontrol terhadap infestasi cacing pada ternak sapi dapat dilakukan dengan cara mengatur pemberian pakan dan mengatur waktu pemotongan rumput, suatu hal yang tentunya tidak dapat dilakukan bila sapi dibiarkan mencari pakan sendiri di padang rumput.

Pembuatan kompos dari kotoran sapi juga akan memutus siklus hidup parasit, karena telur cacing akan menyebar melalui kotoran sapi, sehingga bila kotoran sapi dikumpulkan dan digunakan untuk membuat kompos maka siklus hidup cacing akan terputus dengan sendirinya, karena adanya pemanasan pada proses dekomposisi kotoran sapi (34º C).

“Pada dasarnya beban biaya medikasi untuk pemeliharaan sapi mencapai 5-10% dari total biaya (farm overhead cost), dimana lebih kurang 50 % nya digunakan untuk biaya pembelian obat anti-cacing,” ujar Johan Purnama dan Taufikurrahman Pua Note.

Kerugian lain, lanjut mereka, yang timbul adalah adanya resistensi cacing pada beberapa jenis obat, yang memaksa peternak untuk semakin meningkatkan jumlah dosis obat yang diberikan pada sapi dimana hal ini akan memberikan efek samping yang bersifat toksik pada sapi.

“Residu obat cacing yang keluar melalui tinja juga akan semakin meningkatkan kekebalan cacing terhadap obat cacing di lingkungan penggembalaan sehingga penggunaan bahan farmasi sebenarnya menimbulkan efek negatif yang cukup signifikan,” kata mereka.


Diagnosa Tepat Bermanfaat

Diagnosa yang tepat pada hewan yang sudah terserang penyakit cacing, akan memberikan jalan untuk pengobatan yang tepat pula. Untuk ketepatan diagnosa, narasumber Infovet menyatakan perhatikan gejala yang tampak pada ternak.

Bila ternak tidak ada nafsu makan, katanya, maka periksalah dulu bagian mulut dan gigi. Periksa juga suhu (kalau tinggi, mungkin ada infeksi umum). Berikan antibiotika injeksi setiap hari selama 3 - 5 hari. “Bila bukan seperti gejala diatas setelah diperiksa, kemungkinan penyakit kronis. Hubungi dokter hewan,” katanya.

Adapun bila nafsu makan ternak bagus, ada kemungkinan pakan mutunya kurang baik/ busuk/ berjamur. Untuk itu narasumber Infovet menyatakan supaya peternak mengganti pakan.

Gejala-gejala bila ternak itu cacingan antara lain: sapi kurus dan lemah, nafsu bisa kurang, kurang darah (anaemia), lendir berwarna pucat dan sering mencret.

Selanjutnya salah satu metoda untuk melakukan diagnosa penyakit Cacing Hati (Fasciolasis) pada sapi dan kerbau, misalnya, adalah dengan menggunakan antigen Fasciola.

Kita ambil salah satu contoh, narasumber Infovet menyatakan, antigen fasciola ini merupakan suspensi cacing hati dalam larutan garam faali dan ditambah merthiolate. Kemasannya antara lain vial berisi 5 ml antigen.Untuk penyimpanan, simpan pada suhu 2°-8° C (lemari es), jangan pada suhu beku. Selama peredaran antigen harus berada pada suhu 2°- 8° C.

Untuk pemakaian antigen fasciola ini, narasumber Infovet ini menyatakan, “Cukur bersih bulu daerah pangkal ekor dengan diameter 5 cm. Kocok antigen sampai rata sebelum dipakai. Lalu suntikkan 0,2 ml antigen intradermal ditengah tempat yang telah dicukur.”

Kemudian tunggu 15-30 menit, periksa daerah suntikan jika terjadi penebalan kulit yang mengeras (induras), ukur diameter daerah penebalan. “Hindari daerah penyuntikan dari sentuhan tangan, alkohol atau antiseptika lain sampai waktu pengukuran,” sarannya.

Akhirnya, hasil positif bila diameter penebalan lebih dari 15 mm. Negatif bila diameter penebalan kurang dari 15 mm. Interpretasinya, jika diameter penebalan lebih besar atau sama dengan 15 mm, maka ternak tersebut menderita penyakit Cacing Hati.

“Bila sama sekali tidak terjadi penebalan atau diameter penebalan kurang dari 15 mm, ternak tersebut tidak menderita penyakit Cacing Hati,” tegas sang narasumber. (Daman Suska, YR/ berbagai sumber)


SEL DAN ORGANEL-ORGANEL-NYA
Artikel diambil dari: www.wikipedia.org

Sel merupakan unit organisasi terkecil yang menjadi dasar kehidupan dalam arti biologis. Semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di dalam sel. Karena itulah, sel dapat berfungsi secara autonom asalkan seluruh kebutuhan hidupnya terpenuhi.

Makhluk hidup (organisme) tersusun dari satu sel tunggal (uniselular), misalnya bakteri, Archaea, serta sejumlah fungi dan protozoa) atau dari banyak sel (multiselular). Pada organisme multiselular terjadi pembagian tugas terhadap sel-sel penyusunnya, yang menjadi dasar bagi hirarki hidup.

Struktur sel dan fungsi-fungsinya secara menakjubkan hampir serupa untuk semua organisme, namun jalur evolusi yang ditempuh oleh masing-masing golongan besar organisme (Regnum) juga memiliki kekhususan sendiri-sendiri. Sel-sel prokariota beradaptasi dengan kehidupan uniselular sedangkan sel-sel eukariota beradaptasi untuk hidup saling bekerja sama dalam organisasi yang sangat rapi.

Secara umum setiap sel memiliki

* membran sel,
* sitoplasma, dan
* inti sel atau nukleus.

Sejarah penemuan sel

Pada awalnya sel digambarkan pada tahun 1665 oleh seorang ilmuwan Inggris Robert Hooke yang telah meneliti irisan tipis gabus melalui mikroskop yang dirancangnya sendiri. Kata sel berasal dari kata bahasa Latincellula yang berarti rongga / ruangan.

Perbedaan sel tumbuhan dan sel hewan
Sel tumbuhan dan sel hewan mempunyai beberapa perbedaan seperti berikut:

SEL TUMBUHAN:
1.sel tumbuhan lebih besar dari sel hewan
2.Memiliki bentuk yang tetap
3.memiliki dinding sel
4.memiliki klorofil
5.memiliki vakuola atau rongga sel yang besar
6.menyimpan tenaga dalam bentuk biji (granul) kanji
7.tidak memiliki sentrosom

SEL HEWAN:
1.sel hewan lebih kecil dari pada sel tumbuhan
2.tidak memiliki bentuk yang tetap
3.tidak memiliki dinding sel
4.tidak memiliki klorofil
5.tidak memiliki vakuola.Tapi ada beberapa hewan uniseluler yang memiliki vakuola,tapi tidak sebesar yang dimiliki hewan
6.menyimpan makanan dalam bentuk biji (granul) glikogen
7.memiliki sentrosom

Photobucket
Gambar 1. sel tumbuhan: gambar diambil dari sini

Photobucket
Gambar 2.sel hewan: gambar diambil dari sini

Sel-sel khusus

* Sel Tidak Berinti, contohnya sel darah merah / eritrosit, trombosit
* Sel Berinti Banyak, contohnya paramecium sp
* Sel hewan berklorofil, contohnya euglena sp. Euglena sp adalah hewan uniseluler berklorofil.


ARTIKEL LAIN TENTANG SEL
Diambil dai: www.hikmatulimanitb.multiply.com

Sel adalah bagian struktural dan fungsional dari setiap organisme. Beberapa organisme, misalnya bakteri, merupakan uniseluler, yaitu terdiri dari hanya satu sel saja. Beragam organisme lainnya, misalnya manusia, adalah multiseluler (manusia diperkirakan memiliki 100.000 miliar sel dalam tubuhnya). Teori tentang sel yang pertama kali dikemukakan pada abad ke-19 menyatakan bahwa semua organisme tersusun atas satu atau lebih sel. Setiap sel berasal dari sebuah sel lainnya. Seluruh fungsi vital bagi organisme terjadi di dalam sel dan sel-sel tersebut mengandung informasi genetik yang dibutuhkan untuk mengatur fungsi sel dan memindahkan informasi kepada sel-sel generasi berikutnya.

Kata "sel" berasal dari kata dalam bahasa Latin "cella", yang artinya adalah "ruang kecil". Nama ini dipilih oleh Robert Hooke karena ia melihat adanya kesamaan antara sebuah sel dan sebuah ruangan kecil.

Setiap sel memenuhi kebutuhannya sendiri dan merawat dirinya sendiri pula. Mereka bisa mengambil zat-zat nutrisi, mengubahnya menjadi energi, menjalankan fungsi-fungsi khususnya, dan bereproduksi jika dibutuhkan. Setiap sel menyimpan seperangkat instruksinya sendiri untuk melakukan aktivitas-aktivitas tersebut.

Setiap sel memiliki kemampuan-kemampuan berikut :

1. Bereproduksi dengan cara membelah diri.
2. Metabolisme, termasuk mengambil bahan baku, memproduksi molekul-molekul berenergi dan melepaskan hasil produksinya. Kinerja sebuah sel tergantung pada kemampuannya untuk mengekstrak dan menggunakan energi kimia yang tersimpan dalam molekul-molekul organik. Energi ini didapatkan dari proses metabolisme.
3. Pembuatan protein-protein, mesin bagi sel-sel tersebut, misalnya enzim. Sebuah sel mamalia rata-rata terdiri dari 10.000 jenis protein yang berbeda.
4. Memberikan respon terhadap rangsangan eksternal dan internal seperti perubahan temperatur, pH atau kandungan nutrisi.
5. Mengatur lalu lintas vesikel.

Salah satu cara untuk mengklasifikasikan sel adalah dengan mengamati apakah mereka hidup menyendiri atau berkelompok. Organisme-organisme beragam dari yang hanya memiliki satu sel (disebut sebagai organisme uniseluler) yang berfungsi dan mempertahankan diri kurang lebih secara independen, atau membentuk koloni-koloni dan hidup bersama, sampai pada sel-sel multiseluler di mana sel-sel tersebut memiliki spesialisasi masing-masing dan biasanya tidak mampu bertahan hidup jika saling dipisahkan. 220 jenis sel dan jaringan membentuk tubuh manusia.

Sel juga dapat diklasifikasikan menurut struktur dalamnya :

1. Sel-sel prokariotik memiliki struktur sederhana. Mereka dapat ditemukan hanya pada organisme uniseluler dan sel-sel koloni. Dalam sistem tiga domain dari klasifikasi ilmiah, sel-sel prokariotik diletakkan pada domain Archaea dan Eubacteria.
2. Sel-sel eukariotik memiliki organel-organel sendiri pada membrannya. Organisme-organisme eukarotik bersel tunggal sangat bervariasi, namun banyak pula bentuk-bentuk koloni dan multiselular (kingdom multiseluler, misalnya Animalia, Plantae dan Fungi, semuanya adalah eukarotik).

Setiap sel, baik prokariotik maupun eukariotik, masing-masing memiliki membran yang membungkusnya, sebagai pemisah antara bagian interior dengan lingkungan sel tersebut, secara tegas mengatur keluar-masuknya zat dan mempertahankan potensial listrik dari sel tersebut. Di dalam membran tersebut adalah cytoplasma (zat yang memenuhi sebagian besar volume sel). Setiap sel memiliki DNA, materi pembawa informasi genetik dan RNA, yang membawa informasi-informasi yang dibutuhkan untuk membentuk berbagai protein, misalnya enzim, yang merupakan mesin penggerak utama dari sebuah sel. Di dalam sebuah sel terdapat berbagai zat biomolekul lainnya. Tulisan ini akan secara singkat membahas komponen-komponen primer dari sebuah sel dan kemudian menjelaskan fungsi-fungsinya secara sederhana.

1. Membran sel. Lapisan luar dari sebuah sel eukarotik disebut membran plasma. Bentuk lain dari membran plasma juga ditemukan pada sel-sel prokariotik, namun pada organisme-organisme ini biasa disebut sebagai membran sel. Membran ini bertugas untuk memisahkan dan melindungi sebuah sel dari lingkungannya, dan sebagian besar terbentuk dari lipida berlapis dua (molekul semacam lemak) dan protein-protein. Pada membran ini terdapat berbagai molekul lain yang berfungsi sebagai saluran dan pompa yang memindahkan berbagai molekul keluar dan ke dalam sel.
2. Cytoskeleton. Cystoskeleton adalah sebuah komponen sel yang sangat penting, kompleks dan dinamis. Komponen ini berfungsi untuk mengatur dan mempertahankan bentuk sel, menahan organel-organel pada tempatnya masing-masing, dan menggerakkan bagian-bagian sel dalam proses pertumbuhan dan pergerakan. Banyak sekali ragam protein yang berkaitan dengan cytoskeleton, masing-masing mengontrol struktur sel dengan mengarahkan, menumpuk dan membariskan filamen-filamen.
3. Cytoplasma. Di dalam sebuah sel terdapat sebuah ruang yang dipenuhi oleh cairan yang disebut cytoplasma. Istilah "cytoplasma" merujuk pada campuran ion dan cairan pada zat di dalam sel dan organel-organel yang terkandung di dalamnya yang terpisahkan dari "sup" dalam sel ini dengan membrannya sendiri. Cytosol merujuk hanya pada cairannya, dan bukan pada organel-organel tersebut.
4. Material genetik. Dua jenis material genetik terdapat dalam setiap sel, yaitu deoxyribonucleic acid (DNA) dan ribonucleic acid (RNA). Kebanyakan organisme menggunakan DNA sebagai tempat penyimpanan informasi jangka panjang, namun beberapa virus menggunakan RNA sebagai material genetik mereka.
5. Organel. Tubuh manusia memiliki berbagai organ, misalnya jantung, paru-paru dan ginjal, dan masing-masing organ memiliki fungsinya yang spesifik. Sebuah sel juga memiliki seperangkat organ kecil yang disebut organel yang secara khusus menjalankan satu atau lebih fungsi tertentu.

Anatomi, Fisiologi Dan Reproduksi Sel
Artikel dan gambar diambil dari : www.bebas.vlsm.org

Penelitian menunjukkan bahwa satuan unit terkecil dari kehidupan adalah Sel. Kata "sel" itu sendiri dikemukakan oleh Robert Hooke yang berarti "kotak-kotak kosong", setelah ia mengamati sayatan gabus dengan mikroskop.

Selanjutnya disimpulkan bahwa sel terdiri dari kesatuan zat yang dinamakan Protoplasma. Istilah protoplasma pertama kali dipakai oleh Johannes Purkinje; menurut Johannes Purkinje protoplasma dibagi menjadi dua bagian yaitu Sitoplasma dan Nukleoplasma

Robert Brown mengemukakan bahwa Nukleus (inti sel) adalah bagian yang memegang peranan penting dalam sel,Rudolf Virchow mengemukakan sel itu berasal dari sel (Omnis Cellula E Cellula).

ANATOMI DAN FISIOLOGI SEL

Secara anatomis sel dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:

1. Selaput Plasma (Membran Plasma atau Plasmalemma).
2. Sitoplasma dan Organel Sel.
3. Inti Sel (Nukleus).

1. Selaput Plasma (Plasmalemma)
Yaitu selaput atau membran sel yang terletak paling luar yang tersusun dari senyawa kimia Lipoprotein (gabungan dari senyawa lemak atau Lipid dan senyawa Protein).
Lipoprotein ini tersusun atas 3 lapisan yang jika ditinjau dari luar ke dalam urutannya adalah:
Protein - Lipid - Protein Þ Trilaminer Layer

Lemak bersifat Hidrofebik (tidak larut dalam air) sedangkan protein bersifat Hidrofilik (larut dalam air); oleh karena itu selaput plasma bersifat Selektif Permeabel atau Semi Permeabel (teori dari Overton).

Selektif permeabel berarti hanya dapat memasukkan /di lewati molekul tertentu saja.

Fungsi dari selaput plasma ini adalah menyelenggarakan Transportasi zat dari sel yang satu ke sel yang lain.

Khusus pada sel tumbahan, selain mempunyai selaput plasma masih ada satu struktur lagi yang letaknya di luar selaput plasma yang disebut Dinding Sel (Cell Wall).

Dinding sel tersusun dari dua lapis senyawa Selulosa, di antara kedua lapisan selulosa tadi terdapat rongga yang dinamakan Lamel Tengah (Middle Lamel) yang dapat terisi oleh zat-zat penguat seperti Lignin, Chitine, Pektin, Suberine dan lain-lain

Selain itu pada dinding sel tumbuhan kadang-kadang terdapat celah yang disebut Noktah. Pada Noktah/Pit sering terdapat penjuluran Sitoplasma yang disebut Plasmodesma yang fungsinya hampir sama dengan fungsi saraf pada hewan.

2. Sitoplasma dan Organel Sel
Bagian yang cair dalam sel dinamakan Sitoplasma khusus untuk cairan yang berada dalam inti sel dinamakan Nukleoplasma), sedang bagian yang padat dan memiliki fungsi tertentu digunakan Organel Sel.

Penyusun utama dari sitoplasma adalah air (90%), berfungsi sebagai pelarut zat-zat kimia serta sebagai media terjadinya reaksi kirnia sel.

Organel sel adalah benda-benda solid yang terdapat di dalam sitoplasma dan bersifat hidup(menjalankan fungsi-fungsi kehidupan).

Organel Sel tersebut antara lain :

a. Retikulum Endoplasma (RE.)
Yaitu struktur berbentuk benang-benang yang bermuara di inti sel.
Dikenal dua jenis RE yaitu :
• RE. Granuler (Rough E.R)
• RE. Agranuler (Smooth E.R)

Fungsi R.E. adalah : sebagai alat transportasi zat-zat di dalam sel itu sendiri. Struktur R.E. hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron.

b. Ribosom (Ergastoplasma)
Struktur ini berbentuk bulat terdiri dari dua partikel besar dan kecil, ada yang melekat sepanjang R.E. dan ada pula yang soliter. Ribosom merupakan organel sel terkecil yang tersuspensi di dalam sel.

Fungsi dari ribosom adalah : tempat sintesis protein.
Struktur ini hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron.

c. Miitokondria (The Power House)
Struktur berbentuk seperti cerutu ini mempunyai dua lapis membran.
Lapisan dalamnya berlekuk-lekuk dan dinamakan Krista

Fungsi mitokondria adalah sebagai pusat respirasi seluler yang menghasilkan banyak ATP (energi) ; karena itu mitokondria diberi julukan "The Power House".

d. Lisosom
Fungsi dari organel ini adalah sebagai penghasil dan penyimpan enzim pencernaan seluler. Salah satu enzi nnya itu bernama Lisozym.

e. Badan Golgi (Apparatus Golgi = Diktiosom)
Organel ini dihubungkan dengan fungsi ekskresi sel, dan struktur ini dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop cahaya biasa.

Organel ini banyak dijumpai pada organ tubuh yang melaksanakan fungsi ekskresi, misalnya ginjal.

J. Sentrosom (Sentriol)
Struktur berbentuk bintang yang berfungsi dalam pembelahan sel (Mitosis maupun Meiosis). Sentrosom bertindak sebagai benda kutub dalam mitosis dan meiosis.
Struktur ini hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron.

g. Plastida
Dapat dilihat dengan mikroskop cahaya biasa. Dikenal tiga jenis plastida yaitu :
1. Lekoplas
(plastida berwarna putih berfungsi sebagai penyimpan makanan),
terdiri dari:
• Amiloplas (untak menyimpan amilum) dan,
• Elaioplas (Lipidoplas) (untukmenyimpan lemak/minyak).
• Proteoplas (untuk menyimpan protein).

2. Kloroplas
yaitu plastida berwarna hijau. Plastida ini berfungsi menghasilkan
klorofil dan sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis.

3. Kromoplas
yaitu plastida yang mengandung pigmen, misalnya :
• Karotin (kuning)
• Fikodanin (biru)
• Fikosantin (kuning)
• Fikoeritrin (merah)

h. Vakuola (RonggaSel)
Beberapa ahli tidak memasukkan vakuola sebagai organel sel. Benda ini dapat dilihat dengan mikroskop cahaya biasa. Selaput pembatas antara vakuola dengan sitoplasma disebut Tonoplas

Vakuola berisi :
• garam-garam organik
• glikosida
• tanin (zat penyamak)
• minyak eteris (misalnya Jasmine pada melati, Roseine pada mawar
Zingiberine pada jahe)
• alkaloid (misalnya Kafein, Kinin, Nikotin, Likopersin dan lain-lain)
• enzim
• butir-butir pati

Pada boberapa spesies dikenal adanya vakuola kontraktil dan vaknola non kontraktil.

i. Mikrotubulus
Berbentuk benang silindris, kaku, berfungsi untuk mempertahankan bentuk sel dan sebagai "rangka sel".
Contoh organel ini antara lain benang-benang gelembung pembelahan Selain itu mikrotubulus berguna dalam pembentakan Sentriol, Flagela dan Silia.

j. Mikrofilamen
Seperti Mikrotubulus, tetapi lebih lembut. Terbentuk dari komponen utamanya yaitu protein aktin dan miosin (seperti pada otot). Mikrofilamen berperan dalam pergerakan sel.

k. Peroksisom (Badan Mikro)
Ukurannya sama seperti Lisosom. Organel ini senantiasa berasosiasi dengan organel lain, dan banyak mengandung enzim oksidase dan katalase (banyak disimpan dalam sel-sel hati).

3. Inti Sel (Nukleus)

Inti sel terdiri dari bagian-bagian yaitu :
• Selapue Inti (Karioteka)
• Nukleoplasma (Kariolimfa)
• Kromatin / Kromosom
• Nukleolus(anak inti).

Berdasarkan ada tidaknya selaput inti kita mengenal 2 penggolongan sel yaitu :

• Sel Prokariotik (sel yang tidak memiliki selaput inti), misalnya dijumpai
pada bakteri, ganggang biru.
• Sel Eukariotik (sel yang memiliki selaput inti).

Fungsi dari inti sel adalah : mengatur semua aktivitas (kegiatan) sel, karena di dalam inti sel terdapat kromosom yang berisi ADN yang mengatur sintesis protein.

Photobucket
Gambar: Ultrasruktur struktur sel hewan dan ultrastruktur sel tumbuhan

KETERANGAN TENTANG ORGANEL-ORGANEL SEL

A.Retikulum endoplasma

RETIKULUM ENDOPLASMA (RE) adalah organel yang dapat ditemukan di seluruh sel hewan eukariotik.

Retikulum endoplasma memiliki struktur yang menyerupai kantung berlapis-lapis. Kantung ini disebut cisternae. Fungsi retikulum endoplasma bervariasi, tergantung pada jenisnya. Retikulum Endoplasma (RE) merupakan labirin membran yang demikian banyak sehingga retikulum endoplasma melipiti separuh lebih dari total membran dalam sel-sel eukariotik. (kata endoplasmik berarti “di dalam sitoplasma” dan retikulum diturunkan dari bahasa latin yang berarti “jaringan”).

Pengertian lain menyebutkan bahwa RE sebagai perluasan membran yang saling berhubungan yang membentuk saluran pipih atau lubang seperti tabung di dalam sitoplsma.

Lubang/saluran tersebut berfungsi membantu gerakan substansi-substansi dari satu bagian sel ke bagian sel lainnya.

Ada tiga jenis retikulum endoplasma:

RE kasar Di permukaan RE kasar, terdapat bintik-bintik yang merupakan ribosom. Ribosom ini berperan dalam sintesis protein. Maka, fungsi utama RE kasar adalah sebagai tempat sintesis protein. RE halus Berbeda dari RE kasar, RE halus tidak memiliki bintik-bintik ribosom di permukaannya. RE halus berfungsi dalam beberapa proses metabolisme yaitu sintesis lipid, metabolisme karbohidrat dan konsentrasi kalsium, detoksifikasi obat-obatan, dan tempat melekatnya reseptor pada protein membran sel. RE sarkoplasmik RE sarkoplasmik adalah jenis khusus dari RE halus. RE sarkoplasmik ini ditemukan pada otot licin dan otot lurik. Yang membedakan RE sarkoplasmik dari RE halus adalah kandungan proteinnya. RE halus mensintesis molekul, sementara RE sarkoplasmik menyimpan dan memompa ion kalsium. RE sarkoplasmik berperan dalam pemicuan kontraksi otot.

RE halus berfungsi dalam berbagai macam proses metabolisme, trmasuk sintesis lipid, metabolisme karbohidrat, dan menawarkan obat dan racun

"RE berfungsi sebagai alat transportasi zat-zat di dalam sel itu sendiri"

Jaring-jaring endoplasma adalah jaringan keping kecil-kecil yang tersebar bebas di antara selaput selaput di seluruh sitoplasma dan membentuk saluran pengangkut bahan. Jaring-jaring ini biasanya berhubungan dengan ribosom (titik-titik merah) yang terdiri dari protein dan asam nukleat, atau RNA. Partikel-partikel tadi mensintesis protein serta menerima perintah melalui RNA tersebut (Time Life, 1984).

Jadi fungsi RE adalah mendukung sintesis protein dan menyalurkan bahan genetic antara inti sel dengan sitoplasma.


Fungsi Retikulum Endoplasma


* Menjadi tempat penyimpan Calcium, bila sel berkontraksi maka calcium akan dikeluarkan dari RE dan meuju ke sitosol

• Memodifikasi protein yang disintesis oleh ribosom untuk disalurkan ke kompleks golgi dan akhirnya dikeluarkan dari sel.

(RE kasar)

• Mensintesis lemak dan kolesterol, ini terjadi di hati

(RE kasar dan RE halus)

• Menetralkan racun (detoksifikasi) misalnya RE yang ada di dalam sel-sel hati.

• Transportasi molekul-molekul dan bagian sel yang satu ke bagian sel yang lain (RE kasar dan RE halus)

Artikel diambil dari: www.wikipedia.org

Photobucket
Gambar diatas dan artikel dibawah ini diambil dari: fionaangelina.com

Keterangan gambar:

1. Nukleus
2. Pori-pori nuklear
3. RE kasar
4. RE halus
5. Ribosom pada RE kasar
6. Protein yang ditranspor
7. Vesikel transpor
8. Badan golgi
9. Bagian cis dari badan golgi
10. Bagian trans dari badan golgi
11. Cisternae badan golgi

Ada tiga jenis retikulum endoplasma:

1. RE kasar
Di permukaan RE kasar, terdapat bintik-bintik yang merupakan ribosom. Ribosom ini berperan dalam sintesis protein. Maka, fungsi utama RE kasar adalah sebagai tempat sintesis protein.
2. RE halus
Berbeda dari RE kasar, RE halus tidak memiliki bintik-bintik ribosom di permukaannya. RE halus berfungsi dalam beberapa proses metabolisme yaitu sintesis lipid, metabolisme karbohidrat dan konsentrasi kalsium, detoksifikasi obat-obatan, dan tempat melekatnya reseptor pada protein membran sel.
3. RE sarkoplasmik
RE sarkoplasmik adalah jenis khusus dari RE halus. RE sarkoplasmik ini ditemukan pada otot licin dan otot lurik. Yang membedakan RE sarkoplasmik dari RE halus adalah kandungan proteinnya. RE halus mensintesis molekul, sementara RE sarkoplasmik menyimpan dan memompa ion kalsium. RE sarkoplasmik berperan dalam pemicuan kontraksi otot.


B.Ribosom
Artikel berikut diambil dari: www.wikipedia.org

Ribosom ialah organel kecil dan padat dalam sel yang berfungsi sebagai tempat sintesis protein. Ribosom berdiameter sekitar 20 nm serta terdiri atas 65% RNA ribosom (rRNA) dan 35% protein ribosom (disebut Ribonukleoprotein atau RNP). Organel ini menerjemahkan mRNA untuk membentuk rantai polipeptida (yaitu protein) menggunakan asam amino yang dibawa oleh tRNA pada proses translasi. Di dalam sel, ribosom tersuspensi di dalam sitosol atau terikat pada retikulum endoplasma kasar, atau pada membran inti sel.


Artikel dan gambar berikut diambil dari : sini
Ribosom berupa organel kecil berdiameter antara 17-20 µm yang tersusun oleh RNA robosom dan protein. Ribosom terdapat pada semua sel hidup.

Ribosom merupakan tempat sel membuat atau mensintesisi protein. Sel yang memiliki laju sintesis protein yang tinggi secara khusus memiliki jumlah ribosom yang sangat banyak. Misal, sel hati manusia memiliki beberapa juta ribosom. Tidak mengejutkan jika sel yang aktif dalam mensintesis protein juga memiliki nukleus yang terlihat jelas.

Ribosom ada yang terdapat bebas di sitoplasma atau melekat pada retikulum endoplasma, yang disebut RE kasar. Tiap ribosom terdiri dari 2 sub unit yang berbeda ukuran. Dua sub unit ini saling berhubungan dalam suatu ikatan yang distabilkan oleh ion magnesum.

Pada saat sintesis protein ribosom mengelompok menjadi poliribosom (polisom). Sebagian besar protein dibuat oleh ribosom bebas akan berfungsi di dalam sitosol. Sedang ribosom terikat umumnya membuat protein yang dimasukkan ke dalam membran, untuk pembungkusan dalam organel tertentu seperti lisosom atau dikirim ke luar sel.

Ribosom bebas maupun terikat secara struktural identik dan dapat saling bertukar tempat. Sel dapat menyesuaikan jumlah relatif dari masing-masing jenis ribosom begitu metabolismenya berubah.

Photobucket
Gambar 1:Ribosom melekat pada RE dan riboson bebas.

Photobucket
Gambar 2:Ribosom, memiliki 2 sub unit besar dan kecil.

Photobucket
Gambar 3: Ribosom, sub unit kecil dan besar bersatu.


C.Mitokondria

Artikel dan gambar berikut diambil dari: www.wikipedia.org

Mitokondria adalah tempat di mana fungsi respirasi pada makhluk hidup berlangsung. Respirasi merupakan proses perombakan atau katabolisme untuk menghasilkan energi atau tenaga bagi berlangsungnya proses hidup. Dengan demikian, mitokondria adalah "pembangkit tenaga" bagi sel.

Keberadaan mitokondria didukung oleh hipotesis endosimbiosis yang mengatakan bahwa pada tahap awal evolusi sel eukariot bersimbiosis dengan prokariot (bakteri) [Margullis, 1981]. Kemudian keduanya mengembangkan hubungan simbiosis dan membentuk organel sel yang pertama. Adanya DNA pada mitokondria menunjukkan bahwa dahulu mitokondria merupakan entitas yang terpisah dari sel inangnya. Hipotesis ini ditunjang oleh beberapa kemiripan antara mitokondria dan bakteri. Ukuran mitokondria menyerupai ukuran bakteri, dan keduanya bereproduksi dengan cara membelah diri menjadi dua. Hal yang utama adalah keduanya memiliki DNA berbentuk lingkar. Oleh karena itu, mitokondria memiliki sistem genetik sendiri yang berbeda dengan sistem genetik inti. Selain itu, ribosom dan rRNA mitokondria lebih mirip dengan yang dimiliki bakteri dibandingkan dengan yang dikode oleh inti sel eukariot [Cooper, 2000].

Secara garis besar, tahap respirasi pada tumbuhan dan hewan melewati jalur yang sama, yang dikenal sebagai daur atau siklus Krebs.

STRUKTUR:

Mitokondria banyak terdapat pada sel yang memilki aktivitas metabolisme tinggi dan memerlukan banyak ATP dalam jumlah banyak, misalnya sel otot jantung. Jumlah dan bentuk mitokondria bisa berbeda-beda untuk setiap sel. Mitokondria berbentuk elips dengan diameter 0,5 µm dan panjang 0,5 – 1,0 µm. Struktur mitokondria terdiri dari empat bagian utama, yaitu membran luar, membran dalam, ruang antar membran, dan matriks yang terletak di bagian dalam membran [Cooper, 2000].

Membran luar terdiri dari protein dan lipid dengan perbandingan yang sama serta mengandung protein porin yang menyebabkan membran ini bersifat permeabel terhadap molekul-molekul kecil yang berukuran 6000 Dalton. Dalam hal ini, membran luar mitokondria menyerupai membran luar bakteri gram-negatif. Selain itu, membran luar juga mengandung enzim yang terlibat dalam biosintesis lipid dan enzim yang berperan dalam proses transpor lipid ke matriks untuk menjalani β-oksidasi menghasilkan Asetil KoA.

Membran dalam yang kurang permeabel dibandingkan membran luar terdiri dari 20% lipid dan 80% protein. Membran ini merupakan tempat utama pembentukan ATP. Luas permukaan ini meningkat sangat tinggi diakibatkan banyaknya lipatan yang menonjol ke dalam matriks, disebut krista [Lodish, 2001]. Stuktur krista ini meningkatkan luas permukaan membran dalam sehingga meningkatkan kemampuannya dalam memproduksi ATP. Membran dalam mengandung protein yang terlibat dalam reaksi fosforilasi oksidatif, ATP sintase yang berfungsi membentuk ATP pada matriks mitokondria, serta protein transpor yang mengatur keluar masuknya metabolit dari matriks melewati membran dalam.

Ruang antar membran yang terletak diantara membran luar dan membran dalam merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi yang penting bagi sel, seperti siklus Krebs, reaksi oksidasi asam amino, dan reaksi β-oksidasi asam lemak. Di dalam matriks mitokondria juga terdapat materi genetik, yang dikenal dengan DNA mitkondria (mtDNA), ribosom, ATP, ADP, fosfat inorganik serta ion-ion seperti magnesium, kalsium dan kalium

FUNGSI MITOKONDRIA:

Peran utama mitokondria adalah sebagai pabrik energi sel yang menghasilkan energi dalam bentuk ATP. Metabolisme karbohidrat akan berakhir di mitokondria ketika piruvat di transpor dan dioksidasi oleh O2¬ menjadi CO2 dan air. Energi yang dihasilkan sangat efisien yaitu sekitar tiga puluh molekul ATP yang diproduksi untuk setiap molekul glukosa yang dioksidasi, sedangkan dalam proses glikolisis hanya dihasilkan dua molekul ATP. Proses pembentukan energi atau dikenal sebagai fosforilasi oksidatif terdiri atas lima tahapan reaksi enzimatis yang melibatkan kompleks enzim yang terdapat pada membran bagian dalam mitokondria. Proses pembentukan ATP melibatkan proses transpor elektron dengan bantuan empat kompleks enzim, yang terdiri dari kompleks I (NADH dehidrogenase), kompleks II (suksinat dehidrogenase), kompleks III (koenzim Q – sitokrom C reduktase), kompleks IV (sitokrom oksidase), dan juga dengan bantuan FoF1 ATP Sintase dan Adenine Nucleotide Translocator (ANT) [Wallace, 1997].


SIKLUS HIDUP MITOKONDRIA:

Mitokondria dapat melakukan replikasi secara mandiri (self replicating) seperti sel bakteri. Replikasi terjadi apabila mitokondria ini menjadi terlalu besar sehingga melakukan pemecahan (fission). Pada awalnya sebelum mitokondria bereplikasi, terlebih dahulu dilakukan replikasi DNA mitokondria. Proses ini dimulai dari pembelahan pada bagian dalam yang kemudian diikuti pembelahan pada bagian luar. Proses ini melibatkan pengkerutan bagian dalam dan kemudian bagian luar membran seperti ada yang menjepit mitokondria. Kemudian akan terjadi pemisahan dua bagian mitokondria [Childs, 1998].

DNA MITOKONDRIA:

Mitokondria memiliki DNA tersendiri, yang dikenal sebagai mtDNA (Ing. mitochondrial DNA). MtDNA berpilin ganda, sirkular, dan tidak terlindungi membran (prokariotik). Karena memiliki ciri seperti DNA bakteri, berkembang teori yang cukup luas dianut, yang menyatakan bahwa mitokondria dulunya merupakan makhluk hidup independen yang kemudian bersimbiosis dengan organisme eukariotik. Teori ini dikenal dengan teori endosimbion. Pada makhluk tingkat tinggi, DNA mitokondria yang diturunkan kepada anaknya hanya berasal dari betinanya saja (mitokondria sel telur). Mitokondria jantan tidak ikut masuk ke dalam sel telur karena letaknya yang berada di ekor sperma. Ekor sperma tidak ikut masuk ke dalam sel telur sehingga DNA mitokondria jantan tidak diturunkan.

Photobucket
Gambar: Struktur umum suatu mitokondria.

0 komentar:

Posting Komentar